Oleh : Muhammad Faiz Isra, M.Pd.

Kepergian ramadhan ditandai gema takbir yang berkumandang, tak sedikit dari kita meluangkan waktunya untuk menyemarakkan gema penuh pengakuan kebesaran-Nya, tak sedikit pula yang disibukkan dengan suara paduan dapur dengan aroma santan.

Kepergian ramadahan disambut oleh Syawal, bulan yang penuh ampunan antar sesama, gelombang permohonaan ampunan tak cukup melalui pesan singkat, saling kunjung terus dilakukan. Sajian kue Tat menjadi saksi antara insan yang saling mengasihi.

RAMADAN TELAH MUDIK, LANTAS APA YANG DAPAT KITA PETIK?

Salah satu ibadah khass dibulan ramadan ialah kewajiban berpuasa bagi yang telah dibebankan kepadanya.  Puasa memang bukan hal baru dalam peribadatan umat manusia. Bangsa yunani kuno misalnya, mereka berpuasa dengan keyakinan sebagai tindakan penebusan dosa kepada dewa. Puasa asyura juga pernah dilakukan oleh umat yahudi, puasa Nabi Daud juga demikian. Sebagaimana tersurat dalam q.s al Baqarah:185 agar kita mengambil pelajaran dari umat terdahulu, keinginan Allah kepada hambanya agar berpuasa guna mendapatkan Ketaqwaan. Lantas apa sebenarnya yang dimaksud insan yang bertaqwa?

KAJIAN TEMATIK TAQWA DALAM AL QUR’AN

Begitu banyak ayat al Qur’an yang menyinggung konsep ketaqwaan, diantaranya:

  1. al-Baqarah (2) : 177, sifat orang yang bertakwa yang disinggung dalam ayat ini ialah mereka yang senantiasa menepati janji; mereka yang senantiasa sabar dalam berbagai kesulitan, kemelaratan maupun penderitaan; begitu juga mereka yang senantiasa menjaga kebenaran dalam bertindak; serta kejujuran dalam lisan maupun tingkahnya.
  2. Ali imran (3) : 102-103, sifat orang yang bertakwa ialah mereka yang berpegangteguh pada tali agama allah, menjalin siraturrahim, dan syukur atas berbagai nikmat, serta senantiasa menjaga diri.
  3. Ali imran (3) : 133-135, orang yang bertakwa mesti memiliki kepedulian sosial, berinfak dalam keadaan lapang maupun sempit, mampu menahan amarah, senantiasa memberikaan pintu maaf, berbuat kebaikan, dan bertaubat kepada yang memiliki ampunan selus langit dan bumi.
  4. al- Ahzab (33) : 35, dalam surat ini menggambarkan sifat orang bertakwa seperti: diri yang dihiasi ketaatan, perilaku benar, jujur, sabar, khusyu’, bersedekah (kepedulian sosial), memelihara diri, zikir.

TRANSFORMATIF AHLAK PASCA RAMADHAN

Ahlak dalam berbagai istilahnya, menjadi pondasi dasar dalam interaksi kepada berbagai elemen. Ahlak menjadi penghubung antara nilai-nilai teoritis dengan dunia nyata.

Begitu halnya puasa, tujuan pelaksanaanya agar memperoleh ketakwaan, yang jika kita kaji terhadap ayat-ayat al quran sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai perilaku. Ramadhan begitu juga puasa menginginkan adanya perubahan progresif atas perilaku bagi yang melaksanakan ibadah tersebut.

Ketakwaan melahirkan kesempurnaan perilaku, baik interaksinya kepada sang pencipta maupun kepada hasil ciptaan-Nya. Oleh karena itu perlu kiranya kita mempertanyaakan kepada diri sendiri, sejauh mana puasa mempengaruhi keperibadian kita setelah perginya bulan ramdahan.

Penulis merupakan Dosen LPPI UMB