Oleh: Choirul Muslim Abdullah Ibnu Salim
Salam itu pada awal mulanya adalah greeting. Saling menyapa. Sikap saling hormat, respek sesama manusia tanpa memandang beda.

Dua orang bertemu di jalan dan ketemu tidak sengaja. Bisa saja dua orang itu tidak saling mengenal, tapi bisa juga saling kenal. Bagi yg tidak saling kenal, maka salam sapaan itu sebuah introduksi pergaulan. Selamat pagi, Selamat siang, Selamat malam, Selamat makan, Selamat istirahat. Ini semua ucapan-ucapan kohesif yang melekatkan persahabatan.

Kadang salam tidak diucap. Gestur lambaian tangan, acungan tangan, acungan jempol bisa merupakan salam sapaan. Bahkan klakson dan lampu berkedip di jalan bisa juga merupakan sapaan salam dua sopir bus, sopir truk, atau sopir-sopir kendaraan yang sedang berpapasan. Dan salam itu tradisi sosial budaya. Rasa bahagia, atau rasa sedih diungkapkan dalam salam. Salam dalam tradisi budaya itu melekat dengan konsen sesama.

Ada salam yang concern dengan perubahan cuaca (ini tradisi barat, bahasa Inggris). Menikmati pagi yang cerah. Maka setiap bertemu nikmat pagi itu disapakan. Selamat pagi. Pagi ini cerah ya. What the beautiful day today isnt it, dan seterusnya.

Ada salam yang concern dengan tujuan bepergian. Mau ke mana. Nggak kemana mana. Cuma mau nongkrong ke buk (tanggul siring di jalan), Ada yang jawab hendak ke sawah, lalu balas bertanya kalau kamu hendak ke mana. Ah aku mau beli permen di warung.

Itulah salam menyapa persoalan yang di negeri barat individualis itu tergolong tidak sopan. Pertanyaan-pertanyaan privasi atau urusan perorangan di tradisi budaya Inggris itu tidak sopan. Mau ke mana. Jawabnya bisa ketus. Rahasia dong. Mau kemana itu urusanku. Bukan urusanmu.

Ada salam yang concern status makan. He lama tak ketemu. Sudah makan belum. Di tradisi Thailand konon bahkan sapaannya spesifik sudah makan nasi apa belum.

Ya. Salam itu menyapa dan saling menyapa sesama manusia. Salam itu sekaligus juga doa. Harapan positif.

Ketika menjadi doa. Salam itu amalan agama. Mengutip dari wikipedia:

Salam agama Islam Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh = semoga salam sejahtera untukmu, juga Rahmat dan barakah Allah menyertaimu.

Salam nya agama Kristen Katolik: Salam Sejahtera bagi Kita Semua.

Salam dalam agama Kristen Protestan: Shalom “Damai”.

Salam dalam agama Hindu: Om Swastyastu “semoga dalam keadaan selamat atas karunia dari Hyang Widhi”

Salam dalam agama Buddha: Namo Buddhaya “Terpujilah sang Buddha”.

Karena salam demikian adalah salam itu doa agama. Maka mengamalkan salam doa itu menurut keyakinan dan agama masing-masing.

Kalau sudah amalan agama, seorang beragama Islam mengucap salam kepada sesama muslim dengan salam agama Islam.

Demikian juga salam orang Hindu kepada sesama Hindu, dan seterusnya.

Memang yg menjadi masalah kalau itu forum agama-agama. Forum lintas orang beragama. Apakah perlu salam semua agama-agama itu diucapkan ?.

Di sini konteks fatwa MUI untuk mengucap salam doa di depan publik tidak perlu dengan salam berbagai agama.
Ini fatwa MUI kita yang terbaru.

Tentang salam, Al Qur’an merumuskan jika kamu diberi doa salam maka balaslah doa itu dengan doa yang lebih baik. Atau minimal balaslah doa itu dengan doa sepadan yang dia doakan. Artinya kalau diberi salam dan didoakan jangan diam.
Balaslah dengan yang lebih sempurna atau minimal sepadan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَاِ ذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَ حْسَنَ مِنْهَاۤ اَوْ رُدُّوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا.

“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah (penghormatan itu yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 86).

Penulis saat ini aktif sebagai Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Bengkulu

Kirim Pesan
Selamat ya sob, kamu sudah terhubung dengan admin Universitas Muhammadiyah Bengkulu, segera kirim pesanmu ya sob dan tim kami akan segera membalas.