Pengajian Ramadhan Muhammadiyah 1445 H dengan mengusung tema dakwah kulutural menjadi bahasan yang sangat menarik. Dakwah kultural yang menjadi program persyarikatan guna mengembangkan ekpansi dakwah pada komunitas tertentu mesti menyesuaikan perkembangan zaman. Salah satu tema yang menjadi konsentrasi dalam pengajian ramadhan PWM Bengkulu adalah dakwah bagi kaum milenial. Milenial dengan rentang usia 27 hingga 43 tahun terang Dr. Evriza, M.Pd butuh sentuhan khusus dalam dakwah. “Milenial dengan segala hal yang menyelimuti kehidupan mereka mesti menjadi kajian khusus persyarikatan dalam metode maupun materi dakwah yang tepat agar muatan dakwah mudah dicerna dan sesuai kebutuhan mereka”, terangnya.

Lebih rinci Evriza bercerita pengalaman di sekolah yang dipimpinnya butuh pendekatan persuasive dalam menyelesaikan masalah kelompok milenial. “Komunikasi dan mendengarkan curhat mereka serta memberi ruang mereka mengungkap berbagai persolan yang mereka hadapi menjadi solusi yang dianggap arif bagi penyelesaian persoalan milenial”. Sementara itu Deltano, S.Pd salah satu pimpinan wilayah Muhammadiyah menyebut sudah saat kita memahami karakter milenial agar dakwah kita sampai pada mereka. “Krisis dai yang menjadi persoalan cukup rumit di persyarikatan muhammadiyah plus kurangnya pemahaman kita pada karakter milenial menjadi persoaln besar yang haus kita pecahkan”, terangnya. Sudah saatnya dai-dai kita memanfaatkan semua media sosial yang dekat dengan kaum milenial untuk dijadikan sarana dakwah. “Jangan sampai dai muhammadiyah tidak aware dengan perkembangan teknologi dan medsos sehingga kesan dakwah jadul dan ketinggalan zaman yang melekat pada dai-dai kita”, harap Deltano.

Disisi lain ustadz Farhan dalam ulasannya menyingung soal penggunaan bahasa yang harus mengena pada kalangan milenial. “Dai kita mesti tahu dan paham bahasa yang digunakan milenial kita agar pesan dakwah tidak ngambang dan bisa menyentuh mereka” ungkap ketua Majlis Tabligh PWM ini. Lebih jauh ustadz Farhan memastikan pilihan bahasa dalam dakwah sangat menentukan berhasil tidaknya pesan agama itu disampaikan. “Bahasa yang terkesan gaul dan lekat sekali dengan kaum milenial mesti kita fahami agar dalam pesan dakwah yang kita sampaikan betul-betul sampai pada pemikiran mereka”, ungkapnya. Dalam kesempatan tersebut tak lupa mencontohkan beberapa ungkapan milenial yang mungkin kurang difahami orang dewasa. “Sudah saatnya dai muhammadiyah tahu, faham, memgerti dan menguasai bahasa milenial serta pendekatan yang tepat pada mereka jika ingin dakwah kita mengena dan tidak dipandandang sebelah mata oleh kaum milenial”, papar ustaz Farhan diakhir penjelasannya.