Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Bengkulu melalui Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) menggelar Seminar Internasional dengan tema “Tantangan Al-Qur’an di Era Digital” pada Minggu, 16 November 2025. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Rektor UM Bengkulu, Dr. Susiyanto, M.Si, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kemampuan adaptasi dalam menyampaikan pesan-pesan keislaman melalui platform digital.
“Di era digital, generasi muda tidak hanya membaca Al-Qur’an secara fisik, tetapi juga melalui aplikasi, media sosial, dan berbagai platform daring. Tantangan kita adalah memastikan nilai-nilai Al-Qur’an tetap dipahami secara utuh meskipun media penyampaiannya berubah,” ujarnya.
Dalam paparannya, Dr. Dedy Novriadi, M.Pd.I, Dekan FAI UM Bengkulu, menyampaikan bahwa penguatan literasi digital berbasis Al-Qur’an menjadi kebutuhan mendesak.
“Saat ini banyak informasi keagamaan tersebar bebas di dunia digital. Mahasiswa harus dibekali kemampuan kritis untuk memilah konten yang benar secara keilmuan. Inilah peran perguruan tinggi dalam memastikan dakwah digital tetap berada pada koridor akademik dan syariah,” sampainya.
Narasumber dari Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Dr. Mustafa Kamal Amat Misyra, turut menyoroti potensi positif digitalisasi dalam studi Al-Qur’an. “Digitalisasi sebenarnya membuka peluang besar untuk penelitian dan pengajaran Al-Qur’an. Data dapat diakses dengan cepat, tafsir dapat dibandingkan secara langsung, dan diskusi lintas negara menjadi lebih mudah. Tantangannya adalah bagaimana memastikan otoritas keilmuan tetap dijaga,” jelasnya.
Dibagian lain Dosen KPI UM Bengkulu, Dr. Fadillah Ulfa, Lc., MA, menekankan pentingnya etika komunikasi dalam aktivitas dakwah digital.“Dakwah di media digital tidak hanya soal menyampaikan ayat dan hadis, tetapi juga bagaimana menyampaikannya dengan bijak, memahami audiens, dan menghindari ujaran kebencian. Dakwah harus menjadi ruang edukatif, bukan ruang konflik,” tegasnya.
Sementara itu, Dr. Mariam Hj Abdul Rahman, pensyarah Universiti Islam Sultan Syarif Ali (UNISSA), Brunei Darussalam, menyatakan bahwa lembaga pendidikan perlu terus bertransformasi menghadapi perkembangan teknologi. “Transformasi digital adalah keniscayaan. Institusi pendidikan harus berinovasi dalam metode pembelajaran Al-Qur’an agar tetap relevan bagi generasi yang sangat dekat dengan teknologi,” ungkapnya


