Eni Khairani, nama yang tidak asing bagi masyarakat provinsi Bengkulu, mengawali karir sebagai dosen UM Bengkulu, aktif dalam persyarikatan Muhammadiyah (Aisyiah) menjadi pemerhati dan aktivis perempuan mengantarkannya menjadi satu-satunya perwakilan perempuan DPD RI Perwakilan provinsi Bengkulu periode 2004-2009, karir politiknya terus berlanjut menjadi satu-satunya anggota DPDRI perwakilan provinsi Bengkulu 4 periode berturut-turut (2004-2009, 2009-2014, 2014-2019 dan 2019-2024).

Perjalanan dunia parlemen tidak menjadikannya lupa dengan profesi utamanya sebagai dosen. Dengan spirit ingin terus berkiprah dan memberikan yang terbaik pada provinsi ini, hari ini (Jumat, 18/07) menjadi puncak studinya pada jenjang pendidikan tertinggi di program studi Doktor Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang 2025 pada konsentrasi Bidang Ilmu Komunikasi.

Dihadapan dewan penguji, Eni Khairani mempertahankan disertasinya dengan judul “Relasi Kuasa dalam Interaksi Sosial Majikan dan Pekerja Rumah Tangga yang Berbeda Etnik di Kota Bengkulu”, tema ini menarik untuk dikaji dilatarbelakangi interaksi antar etnik yang berbeda budaya senantiasa ditandai dengan proses penyesuaian yang tidak mudah dilakukan. Masalah utama dalam interaksi sosial etnik yang berbeda budaya adalah kesalahan dalam persepsi yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya dan mempengaruhi proses persepsi. Apalagi pola hubunganya tidak setara, seringkali menimbulkan dominasi dalam interaksinya, dan menimbulkan relasi kuasa antar kedua pihak 

Dalam penelitian sebagaimana hasil penelitian Nugraha (2018), didapati bahwa hubungan sosial yang tidak setara dapat menimbulkan relasi kuasa antara dua belah pihak yang berbeda strata sosialnya : 1. Pola interaksi pekerja rumah tangga dengan majikan yang berbeda etnik dikelompokan menjadi empat pola interaksi, yaitu: Pertama, pola interaksi transaksional,. Kedua, pola interaksi kekeluargaan, Ketiga, pola interaksi subordinat. Keempat, pola interaksi kepercayaan dan kesepakatan, 2. Pola relasi kuasa sebagai akibat interaksi sosial majikan dengan pekerja rumah tangga yang berbeda etnik menyebabkan terbentuknya dua pola relasi kuasa, yaitu pola relasi kuasa asosiatif dan pola relasi kuasa disosiatif.  Hasil kajian mendalam dari pola komunikasi ditemukan Pola relasi kuasa asosiatif terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: pertama, kerjasama. Kedua, Akomodasi, Ketiga, Asimilasi. Pola relasi kuasa asosiatif ini dapat dilihat dalam interaksi, (1) PRT jawa dengan majikan minang, (2) PRT melayu dengan majikan jawa, (3) PRT jawa dengan majikan rejang, dan (4) PRT lembak dengan majikan melayu,

3. Pola relasi kuasa disosiatif, menyebabkan ketidakseimbangan interaksi majikan dengan pekerja rumah tangga. ditandai dengan: hubungan yang cenderung menciptakan perpecahan, konflik dan perselisihan antara PRT dengan majikan. Dapat dilihat dalam interaksi PRT rejang dengan majikan lembak, dan 4. Pengetahuan merupakan salah satu bentuk dari relasi kuasa karena interaksi sosial majikan dengan PRT. Pengetahuan yang dimaksud adalah lahirnya nilai dan aturan yang disepakati kedua belah pihak, untuk dilaksanakan dan ditaati bersama.

Adapun rekomendasi dari disertasi ini adalah relasi kuasa yang terjadi dalam interaksi sosial majikan dan pekerja rumah tangga dalam prakteknya menimbulkan dampak negative bagi hubungan keduanya Oleh sebab itu, bagaimana menciptakan interaksi yang sejajar antara kedua belah pihak, sesuai dengan tugas dan fungsinya, tidak mendasarkan karena perbedaan status. Bagi pekerja rumah tangga, penting mempersiapkan dirinya dengan berbagai keterampilan untuk dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan keahlian tertentu dan bagi pemerintah sudah saatnya untuk membuat dan mengesahkan undang-undang perlindungan bagi pekerja rumah tangga.

Bagikan
Kirim Pesan
Hai Kak!
Kamu sudah terhubung dengan admin Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UM Bengkulu). Ada yang bisa kami bantu?