Universitas Muhammadiyah Bengkulu mengelar beragam kegiatan selama bulan ramadhan yang di kemas dalam gebyar ramadhan. Kali ini gebyar ramadhan mengelar kajian tematik yang berlangsung hari ini Jumat (22 Oktober) di masjid Al-Farabi kampus 1. Kajian tematik ramadhan bertema I’tikaf dengan menghadirkan dua narasumber Dr. Fadillah Ulfa, Lc.,MA dan Dr. Syaifullah, M.Ag. kegiatan diikuti  pimpinan UMB, dosen dan tenaga kependidikan.

Ustadzah Fadillah dalam paparan menyebut I’tikaf merupakan wasilah kedekatan hamda dan sang khalik. “Ramadhan dengan segala rangkaian ibadah di dalamnya sesungguhnya ditujukan untuk menjadikan diri kita hamba yang bertaqwa”, jelas Fadillah. Lebih jauh dia memaparkan Rasullah dan para sahabatnya menyiapkan ramadhan paling tidak tiga bulan. “Dalam beberapa riwayat para sahabat justru mempersiapkan ramadhan paling tidak enam bulan selalu berdoa agar ditemukan dengan bulan suci ini dan setelahnya berdoa agar seluruh rangkaian ibadah ramadhannya diterima Allah swt enam bulan berikutnya”, papar ustadzah alumni University of Malaya. Ramadhan terang Fadillah setidaknya memiliki lima hal yang berhubungan erat; 1. Tarawih yang berfungsi membersihkan ruh, 2. Tadarus membersihkan akal, 3. Sahur membersihkan hati, 4. Imsak membersihkan nafs dan 5. Ifthar membersihkan jasad. “Seseorang akan dapat merasakan nikmat dan indahnya ramadhan jika memiliki keikhlasan dan kebersihan hati”, rangkum Fadillah. Karenanya dia berpesan manfaatkan waktu terbaik di bulan ramadhan ini untuk memaksimalkan amal dan mendekatkan diri padaNya. Sementara itu Dr. Syaifullah, M.Ag dalam paparannya menyebut I’tikaf adalah momentum terdekat seorang hamba pada sang khalik untuk mencurahkan segala persoalan hidup dan mengevaluasi perjalanan hidupnya. “Kita ini terdiri dari jasad dan ruh, ruh itu milik Allah dan I’tikaf ini adalah jalan mengembalikan ruh pada pemiliknya”, ungkap Syaifullah. Lebih rinci dia mengisahkan Rasullah SAW dalam usaha dakwahnya terus dihadapkan dengan ujian dan cobaan, karenanya kontemplasi dan I’tikaf yang dijalankannya adalah usaha untuk menguatkan spirit dan membangun jiwanya agar tugas dakwah yang berat itu dapat terlaksana dengan baik. Di singung soal tempat I’tikaf, Syaifullah menyebut masjid adalah tempat beri’tikaf dan mesti mengunakan prinsip fleksibel dan menjaga kualitas I’tikafnya. “Dekatkan diri padaNya, perbanyak istighfar dan zikir adalah jalan terbaik dalam proses menjalani I’tikaf”, terangnya. Tak lupa Syaifullah memberikan rumus ISB agar I’tikaf sukses dan mampu menghadirkan kedekatan dengan Allah swt yakni Istighfar, perbaharui syahadat dan yakinkan diri dengan Tawakal pada Allah SWT atas segala ketentuanNya.